Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hallo
everyone gimana nih kabarnya ? Semoga sehat selalu yah, aamiin. Sebelumnya kita kenalan dulu yuk kan ada istilahnya tuh tak kenal maka tak sayang hehehe😍. Namaku Tsintawati ( 191350021 ) dari fakultas ushuluddin dan adab, jurusan Sejarah Peradaban Islam ( SPI ) semester 3. Kalo teman-teman ketemu diriku panggil aja sinta , tata , sayang juga boleh hehehe 😄.
Ku ucapakan terimakasih
dan selamat datang atas kesediaanya mengunjungi situs blog ku ini, mungkin bisa
di bilang ini adalah blog pertamaku hehehe. Di blog pertama ku ini, aku ingin
membagi ceritaku tentang hasil kunjungan ke salah satu tempat bersejarah di
kota tempat tinggalku yang tercinta ini yaitu Kota DKI Jakarta. Guna untuk
memenuhi tugas Ujian Akhir Semester ( UAS ) dari Bapak Reza
Syafrizal, M.Kom pada mata kuliah “ Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK ) ”.
- Yuk teman-teman mari kita mengenal tentang Taman Ismail Marzuki Jakarta 😊
( Ket : Foto ini di ambil saat saya mengunjungi Taman Ismail Marzuki. Sabtu, 5 Desember 2020 )
Jakarta, si ibu kota negara yang penuh gemerlap kota metropolitan, satu hal yang sangat identik jika kita mendengar kota Jakarta yaitu macet. Serba serbi kehidupan tersaji disini. Ia menjadi saksi bisu keputusasaan dan harapan, rintihan dan kebahagiaan dari mereka yang mencari secercah harapan akan masa depan yang lebih baik.
Tanpa kita sadari ternyata di balik semua itu Jakarta punya nilai sisi sejarahnya loh . Seperti di blog ku kali ini, aku akan memaparkan atau membagi sebuah informasi hasil kunjungan ku ke bangunan bersejarah yaitu “ Taman Ismail Marzuki ” yang berlokasi di Jl. Cikini Raya No.73, RT.8/RW.2, Cikini, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10330.
Taman Ismail Marzuki atau yang terkenal sebagai TIM, terletak di jalan Cikini Raya No. 73 taman ini terletak di bekas lokasi kebun binatang dahulu. Memanjang dari jalan Cikini raya sampai tepi sungai Ciliwung sebelah timurnya.
Nah teman-teman taman kesenian ini memakai nama Almarhum Ismail Marzuki yaiu seorang komponis Indonesia asal Jakarta, karna sebagai penghargaan atas jasa-jasa beliau yang telah menciptakan lagu-lagu perjuangan. Lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki telah memperkaya khasanah musik Indonesia, juga telah memberi inspirasi dan semangat kepada bangsa Indonesia pada masa perjuangan mempertahankan tanah air. Dan taman ini diresmikan pada tangal 10 Oktober 1969 oleh Gubernur DKI Ali Sadikin.
Untuk mengelola segala kegiatan kesenian di taman tersebut terdapat dua lembaga yang disebut Dewan Kesenian Jakarta dan Pusat Kesenian Jakarta di samping itu terdapat satu lembaga pendidikan yang dinamakan ( LPKJ ). Lembaga ini merupakan semacam Universitas kesenian yang bertujuan untuk turut membina seniman profesional Indonesia. Selain itu ternyata, TIM juga memiliki enam teater modern, balai pameran, galeri, gedung arsip, dan bioskop. Acara-acara seni dan budaya dipertunjukkan secara rutin di pusat kesenian ini, termasuk pementasan drama, tari, wayang, musik, pembacaan puisi, pameran lukisan dan pertunjukan film. Berbagai jenis kesenian tradisional dan kontemporer, baik yang merupakan tradisi asli Indonesia maupun dari luar negeri juga dapat ditemukan di tempat ini. Nama pusat kesenian ini berasal dari nama pencipta lagu terkenal Indonesia yaitu Ismail Marzuki.
-
Sejarah didirikannya Taman Ismail Marzuki Jakarta
Kota Jakarta merupakan pusat pemerintahan ketika masa kolonial, banyaknya pendatang dari luar Indonesia yang masuk ke Jakarta lalu kemudian menetap pada suatu daerah yang dimana daerah tersebut tumbuh dengan berbagai macam gaya arsitektur yang dibawa oleh para pendatang dari luar Indonesia, salah satunya adalah bangsa Belanda. Dimana, bangsa mereka membawa pengaruh occidental (barat) dalam berbagai aspek kehidupan termasuk juga dalam tata kota hingga bangunan. Nah dengan begitu, munculah keunikan yang dihasilkan oleh perpaduan antara gaya arsitektur pendatang yang kemudian beradaptasi dengan gaya - gaya arsitektur lokal, lalu kemudian disesuaikan dengan iklim serta budaya – budaya lokalnya.
Begitu pula dengan sejarah kawasan Cikini yang dulunya adalah tanah milik seorang pelukis tersohor pada zaman kolonial Belanda yang bernama Raden Saleh. Beliau membangun sebuah rumah di sekitar Cikini yang didasarkan pada istana Callenberg, ketika dimana ia pernah tinggal di Jerman. Dengan taman yang sangat luas, sebagian taman ini dijadikan taman umun dan kebun binatang pada tahun 1862 yang dulu dinamakan Planten En Dierentuin. Lalu pada tahun 1960 an kebun binatang tersebut dipindahkan ke Ragunan Pasar Minggu. Pada tahun 1960 dibangunlah Taman Ismail rumah susun (rusun). Dimana revitalisasi yang dimaksudkan disini adalah pembangunan baru di Marzuki dibekas taman tersebut.
Kawasan Cikini merupakan kawasan pendukung atau penyokong kehidupan kawasan menteng dengan hadirnya beberapa fungsi salah satunya yaitu kebun binatang dan taman umum yang dulu disebut Planten En Dierentuin.
Sumber: https://google.com di akses 8 Desember 2020
Kebun binatang ini berdiri diatas tanah Raden Saleh. Dulu tempat ini dikenal sebagai ruang rekreasi umum “Taman Raden Saleh” Pengunjung Taman Raden Saleh selain dapat menikmati kesejukan dan melihat sejumlah hewan, mereka juga disugguhkan dengan tontonan balapan anjing yang kini berubah menjadi kantor dan ruang kuliah mahasiswa fakultas perfilman dan televise IKJ, selain itu juga terdapat lapangan bermain sepatu roda yang berlantaikan semen. Namun pada tahun 1962 kebon binatang dipindahkan ke Ragunan. Lalu pada tanggal 10 November tahun 1968 diresmikannya Taman Ismail Marzuki oleh Gubernur Pemerintahan Daerah DKI Jakarta Jenderal Marinir Ali Sadi.
- Fungsi dulu dan sekarang mengenai Taman Ismail Mazruki Jakarta
Sejak berdirinya di tahun 1968, TIM menjadi saksi terjadinya eksperimentasi artistik para seniman Indonesia yang waktu itu banyak difasilitasi oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Banyak karya penting seperti Samgita Pancasona (Sardono W. Kusumo, 1969), atau teater mini kata W.S Rendra, lahir di TIM. Di ranah teater, TIM menyaksikan pertunjukan perdana Teater Koma di akhir 1980an ataupun pertunjukan teater garda depan Teater SAE di akhir 1980 an, awal 1990an. Karya-karya eksperimental seperti ini mengundang kontroversi di wilayah publik, melalui perdebatan kritis di media massa maupun ruang publik lainnya.
Selain itu, TIM juga menjadi panggung bagi seniman dunia ternama seperti koreografer modern asal Amerika Serikat seperti Martha Graham (tampil 1974) atau Alwin Nikolais (1979); koreografer Jerman Pina Bausch (tampil 1974) dan pertunjukan kelompok butoh pertama di Indonesia, Byakkosha (1981). Pertunjukan-pertunjukan ini menjadi bahan diskusi bagi para seniman, tidak jarang mewujud menjadi polemik dalam lingkup nasional. Karya seniman-seniman daerah terbaik pun berpentas di TIM.
Para seniman yang berkarya pada tahun-tahun awal berdirinya TIM, akhirnya menjadi pengajar pada Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ), yang kampusnya ada di belakang kompleks teater TIM. Karena itu, dengan dukungan Ali Sadikin, beberapa seniman merancang pembentukan lembaga pendidikan tinggi kesenian ini. Area yang dulunya merupakan arena pacu balap anjing menjadi salah satu bagian gedung perkuliahan. Peresmian lembaga pendidikan seni ini dihadiri langsung oleh Presiden Soeharto pada 25 Juni 1976. Sistem pendidikan yang berjalan menggunakan sistem sanggar atau padepokan, dengan pengajar kebanyakan seniman yang sudah sering berproses dan berkarya di lingkungan TIM. Lima tahun setelahnya, lembaga ini beralih nama menjadi Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dengan sistem pendidikan formal sesuai usulan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan saat itu. Kini, IKJ dikelola oleh Yayasan Seni Budaya Jakarta, yang diketuai oleh Slamet Rahardjo.
- Kondisi terakhir Taman Ismail Marzuki saat ini ?
( Ket : Foto ini di ambil saat saya mengunjungi Taman Ismail Marzuki. Sabtu, 5 Desember 2020 )
Pemerintah DKI Jakarta akan menata ulang kompleks pusat kesenian Taman Ismail Marzuki ( TIM di cikini, Jakarta Pusat. Pelaksana tugas Kepala Dinas Parawisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Kompleks TIM pernah ditata ulang pada era Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat. Peresmian revitalisasi TIM berlangsung pada Oktober tahun lalu. Menurut Asiantoro, revitalisasi tahun lalu hanya menyasar pada perbaikan fisik bangunan. Sedangkan revitalisasi kali ini akan mengembalikan fungsi TIM agar melahirkan seniman kelas Dunia. Penataan Kembali itu diawali dengan pembentukan tim revitalisasi lewat keputusan Gubernus Nomor 1018 Tahun 2018 yang terbit awal Juni lalu. Revitalisasi Taman Ismail Marzuki juga tercantum dalam keputusan Gubernur Nomor 1042 Tahun 2018 tentang Daftar Kegiatan Stategis Daerah.
Taman Ismail Marzuki ( TIM ) saat ini tengah direvitalisasi. Proyek tahap I dimulai sejak 2019. Progres proyek tahap I saat ini baru mencapai 38,37 persen. Manajer Proyek Revitalisasi Taman Ismail Marzuki Tabah Noekman mengatakan proses pembangunan tahap I saat ini sudah masuk pekan ke-65. Proyek yang dikerjakan adalah gedung parkir dan pos pemadam kebakaran, gedung perpustakaan dan wisma seni, serta Masjid Amir Hamzah.
" TIM kalau dibangun dalam satu fase sulit, karena ini multi-building. Unik sebetulnya. Sebab, semua unsur di TIM ada, mulai pendidikan, seni-budaya, film, teater, dan lain sebagainya," ujar Tabah melalui keterangan tertulisnya, Jumat (16/10/2020). Tabah mengatakan, progres pengerjaan gedung parkir dan pos pemadam kebakaran sudah 84,84 persen, Gedung perpustakaan dan wisma seni 16,90 persen. Sementara itu, Masjid Amir Hamzah sudah selesai direvitalisasi.
Diketahui, proses revitalisasi TIM dimulai pada Juni 2019 dan membutuhkan tiga tahap pengerjaan. Revitalisasi tahap pertama yang dilaksanakan pada Juni 2019 akan dimulai dari area pintu masuk, Masjid Amir Hamzah, dan gedung perpustakaan. Proyek tahap pertama mulainya ditargetkan beroperasi pada Desember 2019 dan gedung perpustakaan mulai beroperasi setahun berikutnya pada Desember 2020. Tahap kedua dimulai Januari 2021. Ada wisma TIM, asrama mahasiswa dan seniman, gedung Planetarium, Galeri Cipta II, Gedung PDS HB Jassin, dan Graha Bhakti Budaya yang ditargetkan selesai Juni 2021.
Berikut ini perbaikan pada era Djarot dan rencana revitalisasi pada era Anies :
¨ Era Djarot
1. Perbaikan atap dan basemenr Grdung Teater Jakarta.
2. Perbaikan plafon dan restroom Gedung Graha Bakti Budaya.
3. Pembangunan jalus pedestrian di sekeliling Kawasan TIM.
4. Pembaguan Masjid Amir Hamzah.
5. Revitalisasi kios kuliner.
¨ Era Anies
1. Merombak fungsi gedung menjadi ruang ekspresi di Ibu Kota sesuai dengan cita-cita Gubenur Ali Sadikin.
2. Menutup bioskop XXI.
3. Membangun studio tari di bekas bioskop XXI.
4. Membangun Gedung pertunjukan.
Demikianlah semoga blog ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan kepada kita semua. Dan saya pribadi memohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dari kalimat yang kurang jelas, dimegerti, dan lugas. Dan juga saya pun sangat mengharapkan saran, kritik dari teman-teman dan para pembaca blog ini demi kesempurnaan blog saya ini. Sekian penutup dari saya semoga dapat diterima di hati dan ku ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh 😊.
Referensi :
- Edi Sedyawagi, Supratiko Rahardjo, dkk, Sejarah Kota Jakarta 1950 – 1980, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional Proyek Dan Invetarisasi Dan Dokumentasi Sejarah Nasional 1956/1987.
- JurnalLibraryBinus:http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoz/Bab1/RS1_2017_1_330_Bab1.pdf
- Jurnal Taman Ismail Marzuki : https://www.sgelive.com/venue/taman-ismail-marzuki/
- Pusat Data dan Analisa Tempo, Revitalisasi Taman Ismail Marzuki, Wajah Baru Pusat Kesenian Jakarta, Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Diterbitkan Oleh TEMPO Publishing.
- Sumber Berita : Muhammad Ilman Nafias - detikNews : https://news.detik.com/berita-progres-proyek-tahap-i-revitalisasi-tim-baru.
Uhuyyy🔥🔥
BalasHapusHeuheuyy🔥
HapusUwahh baguss👍
BalasHapusTerimakasih .. blog mu juga sangat bagus😍
HapusMantab...terus semangat sodarah💙
BalasHapusHuhuhu makasiihhh sodarah 😍
HapusCaqep🔥
BalasHapusTerimakasih 🔥😂
Hapus